Skip to main content

Puisi: kerinduan yang terbakar

hancurkan semua
jika kelelahan merajai

dan keteguhan telah menjadi kepingan

untuk apa tersiksa
jika kamu bisa membebaskan diri
dari rasa yang mengacaukan

lepaskan semua keluhan
yang tersesak diantara nafas hidupmu
biarkan rasa jujur menjawab
aku dan kamu
sudah tidak kuat bersama lagi

***



aku heran dibuat olehmu
mendekapku dalam ketakutan
yang kau buat sendiri

membuatku takut
agar kamu bisa menolongku

ataukah ini yang ingin kau disebut
"akulah pahlawanmu"
***


Jangan pernah mau dibilang olehku

karena aku berkata
kadang berbohong

aku berbisik
dengan teriakan hati

aku mau semuanya
padahal hanya kamu disisiku
yang kumau

semua hanya ilusi
cukup kamu disini
sampai tua
mendengarkan cerita kita
***


rasanya seperti kemarin sore
aku menyeduh teh hangat untukmu

dan diam-diam
mendengarkan cerita 
diam-diam
tertawa
dan diam-diam menyimpan
segelas rasa
yang aku seduh sendiri
dan meminum sendiri
memilukan hati
dan hanya itu yang aku lakukan

akhirnya kamupun diam-diam
menghilang dibawa angin waktu
tidak terasa
sudah dipelaminan
bersama orang yang diam-diam
juga menyukaimu
***

aku belum bisa jujur
dan sepertinya aku tidak akan jujur
karena kejujuran ini
menghilangkan aku
darimu
dan aku tidak mau itu
biarkan saya berbohong
untuk bersamamu

***

kamu marah, kemarin
marahlah!
setelah itu
cintai aku kembali
dan lebih
karena aku mencintai kemarahanmu
***

Tidak seindah
lagu itu
dan tidak semanis doi
cukuplah
moment ini terbaik untuk kita
***


dimana lagi kamu mau mencari
si gadis yang kamu impikan
Jika orang tua sudah merestui kita
mengapa, selalu ada salah?
karena kita memang butuh kesalahan
agar kesadaran terbangun
kita saling menguatkan
***


sudah! sudah! berhentilah
aku juga akan berhenti
kita sama-sama berhenti
menuduh

***



aku. aku. aku. aku
aku gagap disebelahmu
aku. aku. aku. aku
aku ingin berkata
sayangnya, 
aku. aku. aku
aku tidak bisa
aku. aku. aku. aku
bagaimana ini?
***


Comments

Popular posts from this blog

Di Luncurkan

 Sejak bulan Mei akun adsense saya di luncurkan. Bahagia sekali rasanya. Padahal belum tau bagaimana cara kelola uangnya. Setidaknya saya di bukakan pintu untuk cari duit di dunia digital.  Sekarang lagi mikir gimana caranya dapat duitnya, kasian kalau nganggur.  Apalagi sekarang udah bisa diakses semua informasi Terimakasih semuanya Dari hasil revisi tim google, saya perlu memperbaiki artikel saya (konten)  Saya belum ada ide.  Saya belum siap untuk itu, gini amat saya ya? 

Edisi Ramadan

  10 Malam Ramadan Terakhir ibu Desi Rumah ibu Desi sangat dekat dengan masjid, hanya berjarak 500 meter. Tidak perlu banyak tenaga untuk sampai di masjid. Sehingga ibu Desi selalu melibat diri pada semua aktivitas masjid. Bgi Ibu desi Masjid adalah rumah kedua yang harus dijaga setelah rumahnya sendiri. Masjid bersama dengan semua yang ada disana termasuk para pengunjungnya. Oleh karenanya, Ibu Desi sangat diperlukan untuk menyemarakan bulan puasa, khususnya di masa pandemic ini. Puasa di tahun ini tentu saja agakberbeda dengan tahun sebeumnya, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan sebelum masuk masjid dan menjaga jarak. Meskipun kadang beberapa orang masih bebal, termasuk ibu Desi juga. Lupa, ituah alasan paling spetakuler. Yang lainnya, kebiasaanya dekat-dekat biar tambah rapat, eh ini disuruh berjauahan kayak lagi marahan, kan tidak enak dihati. Disaat seperti itu, dia hanya bisa mohon maaf atas khilaf. Semoga virus korona berakhir. Ibu Desi diberikan banyak perint...

Budaya Kredit

  https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/D/bo3646327.html Firth R, Yamey BS, eds. 1964. Capital, Saving and Credit in Peasant Societies: Studies from Asia, Oceania, the Caribbean and Middle America. Chicago: Aldine GregoryCA.1997.Savage Money: The Anthropology and Politics of Commodity Exchange.Amsterdam:Harwood Acad. Publ. Gudeman SF. 2001. The Anthropology of Economy: Community, Market, and Culture. Malden, MA: Blackwell Gudeman SF, Rivera A. 1990. Conversations in Colombia: The Domestic Economy in Life and Text. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Pres Keane W. 1997. Signs of Recognition: Powers and Hazards of Representation in an Indonesian Society. Berkeley: Univ. Calif. Press Locke CG, Ahmadi-Esfahani FZ. 1998. The origins of the international debt crisis. Comp. Stud. Soc. Hist. 40(2):223–46 LontH,HospesO,eds.2004.LivelihoodandMicrofinance:AnthropologicalandSociologicalPerspectivesonSavings and Debt. Delft, NL: Eburon Acad. Press Lowrey K. 2006. Salamanca and the...