Skip to main content

Hobies


Aku lagi kekurangan hobi, hanya bersandar pada apa yang bisa saya lakukan. Hanya jalan-jalan di internet, matengin apa yang menurut saya asyik saja, sama sekali bukan kegiatan produktif.

Jika sudah lelah, aku buka blog dan jurhat seperti ini. Jurhat apa yang aku rasakan yang kesemuanya berisi keluhan tanpa guna. Kadang terasa menjijikan, namun ngak ada yang bisa menolongku selain ini.

Mengingat-ingat kemabali apa yang telah berlaku, hanya sedikit goresan, semua seperti kenangan yang dipertanyakan fungsinya.

Mengapa?

Kemana?

Harus apa?

Jika semua berlalu, terus saya bagaimana?

Berdiam diri saja, menunggu takdir lain berpihak. Sungguh merepotkan ini.

Hmmmm

Baiknya aku move dari tempat duduk, dan berjalan-jalan menikmati apa yang bisa saya lakukan seperti saat ini.

Diam-diam mengamati orang

Diam-diam menyukai seseorang

Diam-diam broken heart

Pada akhirnya, bagaimana cara kita mengambil sikap terhadap apa yang terjadi dan mengambil tolak ukur untuk apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Tidak bisa bermasa bodoh dengan apa yang akan terjadi, tanpa ada mamimumemo

Apa hobi saya?

Membaca
Jalan-jalan
dan Ngak tau?

Apa yang bisa dilakukan, oleh hidupku?

Rasanya saya terjepit, hidup seperti ini.

Mungkin membicarakan takdir, sangat buruk saat kita berdiam tanpa berkata-kata. Begitupula demikian

Yuk move on




Saya tambahkan


Anne avantie sangat memiliki ruang untuk menjadi cantik dan beauty

Comments

Popular posts from this blog

Di Luncurkan

 Sejak bulan Mei akun adsense saya di luncurkan. Bahagia sekali rasanya. Padahal belum tau bagaimana cara kelola uangnya. Setidaknya saya di bukakan pintu untuk cari duit di dunia digital.  Sekarang lagi mikir gimana caranya dapat duitnya, kasian kalau nganggur.  Apalagi sekarang udah bisa diakses semua informasi Terimakasih semuanya Dari hasil revisi tim google, saya perlu memperbaiki artikel saya (konten)  Saya belum ada ide.  Saya belum siap untuk itu, gini amat saya ya? 

Edisi Ramadan

  10 Malam Ramadan Terakhir ibu Desi Rumah ibu Desi sangat dekat dengan masjid, hanya berjarak 500 meter. Tidak perlu banyak tenaga untuk sampai di masjid. Sehingga ibu Desi selalu melibat diri pada semua aktivitas masjid. Bgi Ibu desi Masjid adalah rumah kedua yang harus dijaga setelah rumahnya sendiri. Masjid bersama dengan semua yang ada disana termasuk para pengunjungnya. Oleh karenanya, Ibu Desi sangat diperlukan untuk menyemarakan bulan puasa, khususnya di masa pandemic ini. Puasa di tahun ini tentu saja agakberbeda dengan tahun sebeumnya, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan sebelum masuk masjid dan menjaga jarak. Meskipun kadang beberapa orang masih bebal, termasuk ibu Desi juga. Lupa, ituah alasan paling spetakuler. Yang lainnya, kebiasaanya dekat-dekat biar tambah rapat, eh ini disuruh berjauahan kayak lagi marahan, kan tidak enak dihati. Disaat seperti itu, dia hanya bisa mohon maaf atas khilaf. Semoga virus korona berakhir. Ibu Desi diberikan banyak perint...

Budaya Kredit

  https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/D/bo3646327.html Firth R, Yamey BS, eds. 1964. Capital, Saving and Credit in Peasant Societies: Studies from Asia, Oceania, the Caribbean and Middle America. Chicago: Aldine GregoryCA.1997.Savage Money: The Anthropology and Politics of Commodity Exchange.Amsterdam:Harwood Acad. Publ. Gudeman SF. 2001. The Anthropology of Economy: Community, Market, and Culture. Malden, MA: Blackwell Gudeman SF, Rivera A. 1990. Conversations in Colombia: The Domestic Economy in Life and Text. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Pres Keane W. 1997. Signs of Recognition: Powers and Hazards of Representation in an Indonesian Society. Berkeley: Univ. Calif. Press Locke CG, Ahmadi-Esfahani FZ. 1998. The origins of the international debt crisis. Comp. Stud. Soc. Hist. 40(2):223–46 LontH,HospesO,eds.2004.LivelihoodandMicrofinance:AnthropologicalandSociologicalPerspectivesonSavings and Debt. Delft, NL: Eburon Acad. Press Lowrey K. 2006. Salamanca and the...