Skip to main content

JANOKO

 

Setiap insan punya siklus kehidupan yang berulang dari nabi adam sampai sekarang, tahun 2021. Mulai dari kelahiran, lalu disebut bayi, lalu disebut balita, lalu disebut anak-anak, lalu disebut remaja, lalu disebut dewasa, lalu disebut tua, lalu kembali ke maha kuasa. Sama saja dikatakan bayi dilahirkan, dibesarkan, diberikan pendidikan agar bisa mandiri lalu hidup bersama keluarga, menua bersama dan mati. Intinya manusia, sejatinya ingin memiliki keluarga.

Dalam proses itu ada dibilang, masalah, drama, nyakitin, bahagia, masalah lagi, nyakitin lagi, bahagia lagi sampai akhir hidup. Gitu terus dari dulu sampai sekarang, tidak ada yang berubah. Yang berubah hanya masalahnya saja, awal berbentuk hati, besoknya berbentuk gerigi, besoknya lagi bentuk segitiga siku-siku, besoknya lagi bulat-bulat. Gitu aja, jangan kaget. Kaget kalau baru ketemu masalah itu dan belum punya solusi. Kalau masalahnya udah datang bertubi-tubi jadi biasa saja menghadapi masalah tersebut. Nanti selesai sendiri, hanya perlu memaafkan dan membiarkan berlalu. Tidak usah disimpan.

Dalam kehidupan sosial, sejatinya para lelaki yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan perempuan tinggal di rumah, mengurus rumah tangga. Semua berlaku secara turun temurun tanpa protes yang membuat semua orang patuh dalam lingkar kehidupan yang telah dirancang untuk tetap eksis menembus masa dan jaman yang semakin sulit untuk beradaptasi bagi yang tidak memiliki kemampuan beradaptasi. Nyatanya hidup di tahun 2021 tidak sama dengan hidup seribu tahun yang lalu, 500 tahun yang lalu, 300 tahun yang lalu, 200 tahun yang lalu, 100 tahun yang lalu, 50 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu. Kehidupan sekarang orang-orang mulai berpikir berbeda, orang-orang maulai menyaari ada hal lain yang hilang.

Kehidupan alam yang masih alami, menggunakan hukum alam dipandnag konyol. Keindahan yang alami dan menarik dipandang diganti dengan kehidupan perkotaan yang penuh gemerlap untuk mengisi jiwa setiap manusia. Kehidupan yang membuat orang terperangah dengan sistem-sistem yang dominan dan superioritas. Kehidupan yang membuat semua orang berpangku dan mengharap kesenangan yang hakiki yang tidak pernah dihirup olehnya. Semua adalah ilusi, semua adalah permainan yang harus dimenangkan dan ditontonkan agar menjadi bagian kehidupan yang monoton. Bangun di pagi hari, bekerja sampai malam, lalu tidur, lalu bangun lagi dan bekerja lagi, lalu tidur dan bangun lagi. Seterusnya sampai end dan tersadar saya berada di titik mana.

Titik yang membat kamu sadar akan permainan kehidupan yang berulag kali kamu mainkan, kamu menangkan dan kamu dikalahkan, maunya menang terus sampai akhir. Ya, permainan ini adalah uang. Uang yang menjadikan kamu untuk tetap terus berkata-kata dan duduk menyimak mengenai aturan mainnya. Tergantung siapa yang mengatur dan siapa yang diatur. Semua berlangsung sesuai dengan jeda-jeda waktu yang membuat kamu mau untuk tetap berdiri dan melangkah. 

“permisi, pak. Meeting akan dilaksanakan 10 menit lagi di ruang Kenari. Anda akan bertemu dengan beberapa pemain baru dalam bidang keuangan diantaranya, Setyawan, Rudi dan Nirmala”.

“Nirmala, perempuan?”. Baru kali ini ada perempuan ikut dalam rapat start-up keuangan. Perempuan itu memiliki nama yang sama dengan nama yang pernah ada dulu. Biasanya perempuan lebih suka menghabiskan uang deengan mengantri di depan kasir. Mengeluarkan uang sebanyak yang dimau untuk memenuhi apa yang mau. Semua terasa menyenangkan, bagi perempuan. Hari ini dia akan rapat bersama perempuan yang memiliki ambisi membuat uang, terasa janggal. 

“Benar, pak. Dia pemilik Uwing”. Uwing adalah start up terbaru, yang mulai booming dan dibicarakan oleh banyak pemain start-up. Uwing digadang-gadang akan menjadi uang masa depan. Keramahan app kepada para masyarakat kelas bawah. Start-up ini bisa diandalkan untuk berkembang dan terus tumbuh menjangkau kalangan yang lebih elit. Tentu saja hal tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan manejerialnya.

“Berikan saya profile lengkapnya”.

“Ini, Pak”.

“Ok, Terimakasih”.

Nirmala, wanita ini. Wanita ini benar-benar muncul kembali. Nama dan wajah dari foto yang terlampir begitu jelas, ada perbedaan sedikit pada hijabnya. Dulu rambutnya terurai berantakan diterpa angin, sekarang tersembunyi dalam balutan hijab.

5 TAHUN

“saya menunggu kakak, dari tadi”. Gadis itu menghadang jalannya, meminta perhatian. 

“saya tidak minta kamu menunggu”. Jawabku ketus. Pekerjaan sudah membuatku lelah dan perempuan ini juga membuatku tidak senang.

“kak, tidak begini caranya kepada perempuan”.

Saya melihat air mata mengalir, sedih, kecewa dan saya lebih memilih tidak peduli. Meninggalkannya di tempat yang sama”.

Tok-tok-tok

“permisi, meeting akan dimulai 3 menit lagi, para client sudah datang”.

Saya pun menyudahi pikiran saya yang liar, kembali ke masa lalu. Bagaimana kabarnya perempuan itu, perempuan yang kecil dan tidak tahu malu.

Perasaan gugup menjalar, saya memilih terlambat untuk bertemu para klien gegara perasaan ini.

Saya menghabiskan sekitar lima menit di toilet, meredam perasaan ini. Gugup. Perempuan itu

Dengan pasti saya melangkah menuju ruangan kenari yang telah ditunggu, saya tahu, Ika sebagai assiten mengerjakan pekerjaannya dengan baik agar semua lebih baik. Terlihat, Ika sibuk bercengkerama dan menghidangkan makanan dan minuman untuk dinikmati.

Mataku tertuju pada wanita itu, berhijab lebar. Sibuk menikmati hidangan, matanya fokus mengamati kue yang dipegangnya sambil mengangguk-angguk. Sangat lezat pastinya. Sepertinya dia tidak menydari kedatangan saya dan terus melanjutkan makannya.

“Kuenya enak sekali”. Tangannya mengulur akan mengambil kue tersebut, namun terhenti ditengah jalan.

“Silahkan dinikmati”. Kataku menyapanya. Terlihat wajahnya shock melihat kearahku, seakan tidak percaya dengan cepat dia mengendalikan emosinya.

“Terimakasih, saya akan menikmati setelah rapat selesai. Kita bisa mulai sekarang”.

“Baiklah terimakasih atas kedatanganya semua, perkenalkan nama saya Budi Harun, Saya pemegang dari Cakrawala grup yang bergerak pada bidang perdagangan internasional, oil dan gas, dan pertaniaan. Saat ini kami bermaksud untuk melebarkan ke sekmen star-up sesuai dengan kebutuhan masa kini".


Perempuan itu menatap tajam, menyimak dengan amarah masa lalu yang belum selesai.

Setelah persentasi dilakukan oleh Rudi dan Setyawan. an pe, terakhir giliran Nirmala,

“Kami mempersilahkan, Nirmala untuk mempresentasikan Uwing”. Dengan ragu, perempuan itu membuka suara, setelah sekian lama hanya diam menyimak dan tenggelam dalam suasana canggung. Hanya menimpali sedikit dan berbisik-bisik dengan Rudi yang duduk disebelahnya.

Kedua seperti menikmati pembicaraan yang tidak saya dengarkan dan tidak perlu didengarkan.

“Terimakasih untuk waktunya, saya akan mempersentasikan Uwing. Uwing adalah, (jeda panjang). Uwing adalah (jeda panjang)”. 

Sepertinya mulai amnesia, perempuan itu hanya diam dan menatap seisi ruangan bergantian, mencari bantuan. Kami semua menunggu, hati superioritas saya mulai tertawa melihat wanita ini tidak tumbuh.

“Uwing adalah Uang yang kita pegang”, dia mulai mencari dompetnya yang bersembunyi di dalam tas dan mengeluarkan dan menunjukan kepada kita yang berada di dalam ruangan.

“Uang yang kita pegang ini, tidak terlihat dan tetap dimiliki seperti kepercayaan dan janji. Uwing akan digunakan sebagai transaksi dalam segala lebih luas dan mencakup dunia internasional karena kita memakai dasar emas. Saya, saya disini mempersentasikan Uwing dengan cara, saya tidak siap persentasi hari ini, saya akan memikirkan kembali mengenai meeting hari ini. Terima kasih”.

“Terimakasih, sangat menarik.  Saya pernah membaca ulasan mengenai Uwing dan beberapa orang sekitar saya tertarik dengan Uwing. Saya bisa melihat masa depan Uwing”.

“Apa yang anda lihat?”.

“Kita bisa membicarakan lebih lanjut, setelah meeting ini. Kita break sekarang selama satu jam, setelah itu kita bisa membahas beberapa hal yang menarik dari rencana kerja sama kita”.

Sayapun meninggalkan ruangan, Kulihat Ika sudah menyiapkan makanan untuk disantap oleh mereka.

 

Di ruang tersebut, terlihat Nirmala langsung pamit ke teman-temannya akan ke toilet sekaligus melaksanakan sholat duhur. Sedangkan teman-teman Nirmala, Rudi dan Setyawan memilih menikmati hidangan sekaligus bercengkerama ramah dengan Ika, sang asisten dari dari Budi Harun.

Hatinya hancur, Nirmala menangis dalam isak. Tidak menyangka bahwa hari ini akan bertemu dengan Budi Harun, lelaki laknat. Lelaki yang pergi tanpa hati, hatinya mungkin sudah dimakan oleh dirinya sendiri. Yang tidak diketahui, mengapa lelaki itu sangat mempesona, mencuri hatinya dan membawanya pergi.

Untuk apa semua rasa jika hanya disakiti seperti ini. Semua ada kadarnya, namun rasa itu masih saja ada.

Hatinya hanya menyimpan kenangan manis, saat di awal usia menuju dewasa dia bertemu dengan lelaki itu, lelaki yang membuatnya sangat bahagia, sekaligus lelaki itu pula yang menghancurkan kebahagiannya.

Setelah tenang, Nirmala menuju mushalla kantor, menenangkan diri sebentar lalu mengambil wudhu.

Belum ada orang sama sekali, di mushalla tersebut. Akhirnya Nirmala membenamkan diri dalam dzikir untuk menguatkan perasaannya yang sudah tidak karuan.

Persentasi Uwing yang dijanjikan kepada cakrawala menghilang, ditelan masa yang menyedotnya pada kenangan masa lalu.

Sudahlah, Uwing tidak baik bekerja sama dengan Cakrawala, investasi cakrawala yang menjanjikan.

Sudahlah, biarkan semua berjalan dengan sebenarnya dan semaunya.

Tidak lama kemudia terdengar suara adzan berkumandang, seperti basanya Nirmalapun menjawab panggilan adzan tersebut, setelah itu menunaikan shalat dua raka’at sebelum shalat duhur.

Kesedihannnya masih saja menyeruak dari dalam hatinya, kejadian yang berlalu belum saja move dari hatinya.

Setelah lima belas menit, sang imam memimpin shalat berjamaah yang diikuti oleh para makmum. Dalam khusyuk, doa yang terpanjat. Ada rasa tenang dalam hati setiap insan yang mengingat tuhannya.

Setelah shalat, segera nirmala bergabung dengan Rudi dan Setyawan yang masih stay di ruang Kenari, Nirmala mengambil hidangan yang sudah disiapkan, Ayam mozzarella.

“La, kamu baik-baik saja, saya tidak pernah melihat kamu seperti itu sebelumnya”. Tanya setyawan khawatir

“Saya pikir kamu mau pingsan tadi, aku udah siap-siap tadi”.

“Gugup aja tadi, sekarang sudah baikan”.

“atur ulang persentasi kamu, sayang kalau nggak dapat invest kesini”.

“Iya, saya mengerti. Saya makan dulu, ya? Lapar banget nih”.

“Oh, tadi kamu lapar ya sampai nggak bisa fokus”. Canda Setyawan

“Tau aja”. Jawab Nirmala sambil terus menikmati hidangannya.

 

Di ruangan kerja, setelah meninggalkan rang rapat ruang Kenari. Budi Harun, merasa tertekan. Ada himpitan di dadanya. Wanita itu, terlihat cerdas namun masih saja membuat dirinya tidak mampu menghandle perasaanya.

Dia duduk di laptopnya dan mencari tahu tentang Uwing, start-up yang menjanjikan sesuai dengan rekomendasi pamannya. Apa yang membuat pamannya merekomendasikan Uwing, jika dilihat semua tidak menguntungkan.

Nirmala, perempuan itu masih saja dikepalanya. Baiklah, saya akan melihat bagaimana kedepannya?

Ia pun pergi meninggalkan ruangan untuk shalat duhur di mushalla dan perempuan itu disana.

Perempuan dikantor ini  memang jarang yang shalat di awal waktu, tidak salah perempuan itu Nirmala. Perempuan yang taat kepada tuhannya.

Setelah selesai shalat, Budi Harun memilih untuk kembali ke ruangannya, mengecek hasil rapat dan portofolio dari ketiga kliennya. Masih sangat baru, belum ada akar yang kuat. Tidak ada atap yang kuat. Memamg benar, start up seharusnya membuat kolaborasi yang kuat agar bisa saling membantu dan mampu meluncurkan produk unggulan sesuai minat pasar.

Setelah selesai memeriksa portofolia dan membuat catatan besar untuk membuat tindakan lanjutan, Budi Harun pun menuju ke ruang Kenari untuk melanjutkan meeting.

Yang ditemuinya hanya seorang wanita yang sedang makan, dia pun masuk.

“Makan?” Tawar perempuan itu

“Terima kasih, silahkan dilanjutkan”.

Nasinya tinggal sedikit, dua temannya pergi keluar untuk ke toilet sebelum melanjutkan meeting.

Ada aura cangung diantara keduanya dan Nirmala berusaha untuk tidak peduli dengan keadaan ini. Tetap melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi

Tidak lama, kemudia Rudi dan Setyawan datang dan bergabung bersama mereka. Nirmalapun menyelesaikan makannya dan bergabung dan bersiap untuk rapat lanjutan.

“Terima Kasih semua, kita akan menyelesaikan rapat lanjutan kita, saya telah melihat portofolio kalian dengan baik dan melihat banyak hal positif yang bisa menjadikan landasan kerja sama kita. Di sini saya berharap Uwing tetap bisa maju bersama kita. Secara garis besar saya menyukai ide dan gagasan Uwing, sangat dinamis. Tentu tidak jauh beda dengan Rudi dan Styawan keduanya bergerak di bidang berdagangan hasil pertanian, itu sangat bagus dan saya tertarik untuk bergabung”.

“Saya butuh waktu untuk merevisi ulang Uwing dan mengatur jadwal ulang persentasi”. Kata Nirmala dengan segan, hatinya berkata “saya sama sekali tidak ingin bergabung bersama dengan mnusia seprti anda”.

“Tentu saja, itu akan menarik, saya harap Anda bisa lebih siap”. Kata Budi Harun.

Meetingpun diselesaikan dengan kesepakatan akan bertemu dua pekan ke depan, Tempat dan waktu akan di konfirmasi kedepannya.

“saya akan mengantar kamu pulang”. Bisik Rudi kepada Nirmala

“Terimakasih”.

Mereka bertiga meninggalkan kantor di pusat perkotaan menuju rumah masing-masing.

“saya ingin segera pulang dan istirahat”. Kata Nirmala pelan tanpa ada jawaban dan ia pun tidak menginginkan jawaban apapun. Hanya ingin istirahat

“Nir, apakah kamu pernah ketemu dengan Budi Harun sebelumnya?”.

“saya pernah berteman dengan orang bernama Harun, saya tidak tahu nama lengkapnya siapa”. Nirmala tahu bahwa dirinya mengenal Harun adalah Budi Harun, namun rasa sakit yang tertinggal membuat dia malas mengenal orang itu kembali. Untuk apa?

Harunlah yang membuat dia merasa special sebagai wanita, sayangnya lelaki itu berubah, saat rasa dihati sudah mulai membesar.

“Apakah mirip?”

“agak beda, saya tidak lama berteman dengannya, saya tidak mengingat secara detail. Sudah lama juga itu, awal masuk kuliah”.

“kamu sangat gugup tadi”.

“Saya tidak ingin melanjutkan perkara ini dengan Cakrawala group. Saya tidak bisa”. Kata Nirmala dengan panas

“kamu kenapa?”

“saya ingin istirahat, Rudi”.

 

Setelah tenang beberapa saat, nirmala mulai menceritakan bahwa Harun yang ia kenal adalah Budi Harun. Mereka bertemu beberapa kali dan Nirmala sangat menyukai Harun. Harun adalah pria yang lembut, menyanjungnya dan memberikan perhatian berlebih. Nirmala merasa nyaman dan menginginkan sebuah hubungan yang lebih baik, namun yang ada Harun acuh. Harun menghilang meninggalkan sisa sakit yang tidak diobati.

“Itulah kenapa saya tidak ingin berkolab dengan Cakrawala Group, saya yakin saya tidak bisa bekerja sama dengan baik”.

“Dia tertarik dengan Uwing”.

“saya tidak peduli dengan hal itu”.

“kamu masih marah dengan perkara itu”.

“saya benci dengan semua itu dan tidak ingin memperpanjang masalah yang telah lalu”.

“kamu selesaikan perkara kamu, jangan sampai itu menjadi duri”.

“sudah menjadi duri ini”.

“Berat kalau begitu”.

“Saya akan menemuinya lebih cepat, dan memutuskan kerja sama. Tidak ada yang saya inginkan”.

“Dia tertarik dengan Uwing, saya yakin dia akan berinvest”.

“Invest ke Uwing, sama aja dia invest ke saya. Saya benar-benar lelah dan ingin istirahat saja”.

“Uwing adalah masa depan, saya yakin dia tahu itu”.

“Uwing yah Uwing”.

“saya bisa bantu kamu perbaiki hubungan kamu dengan Budi Harun dan membicarakan semua”.

“apaan sih? Kejadiaan itu sudah lama dan tidak penting untuk dibahas. Saya tidak menyukai sikapnya dan saya tidak ingin berteman dengan orang seperti itu. Nyakitin tau”.

“kamu masih menyukainya?”

Tidak ada jawaban dari Nirmala, ia lelah dengan pembicaraan itu. Sakit yang lama ternyata masih bersisa, rasa itupun bercampur menjadi satu. Bagaimanapun Harun adalah orang yang pernah singgah dihatinya. Bisa dikatakan first love.

 

“saya benci, Rudi. Saya benci dengan lelaki yang saya suka dan sama sekali tidak mau menghargai saya”. Air mata Nirmala mengalir, menganak sungai. Membasahi pipinya. Sakit itu masih saja ada.

“Saya tidak ingin seperti itu lagi, cukup semua”.  

Tangisannya mengeras, seperti hatinya. Tidak ada yang diinginkan kecuali ketenangan hatinya agar bisa hidup dan berpikir dengan baik.

Mereka telah sampai di rumah Nirmala, setelah mengucapkan terimakasih dan berlalu memasuki rumahnya.

Nirmala tertekan, dia masuk ke dalam kamar. Menangis sejadinya, tidak meyangka orang yang telah lima tahun berlalu bertemu lagi dalam pertemuan terpenting dalam hidupnya. Mengapa harus bertemu di masa sekarang?

Kalau saja, Uwing lebih mudah jalannya tentu dia tidak akan perlu mencari dana dan melibatkan orang tersebut di Uwing.

Uwing adalah masa depannya, Nirmala baru saja merintisnya sejak tiga taun yang lalu. Melalui Uwing dia berharap masyarakat bsa lebih mudah melakukan transaksi digital dan mampu menjadi lebih efisien dalam melaksankan pembayaran.

Sekarang Uwing butuh pendanaan dalam peluncuran dan pengembangan produk agar lebih mudah diterma dan digunakan oleh masyarakat. Dana yang dibutuhkan sangat besar, hanya bisa diterima dari para konglomerat.

Ternyata salah satu konglomerat adalah mantannya yang pernah menyia-nyiakan dulu, meninggalkan duri yang tidak pernah dihilangkan di hatinya.

Nirmala hanya seoarang fresh graduated, menyelesaikan kuliah dan bekerja secara freelancer di salah satu perusahaan web design untuk makan, hanya untuk makan dan memenuhi kehidupan dasarnya. Hidupnya telah ia gadaikan untuk mengembangkan Uwing sedari awal.

Sekarang sudah siap menerima dan investasi dan investornya adalah mantanya sendiri. Tidak, tidak bisa seperti ini kehidupan. Kalau memang kehidupan seperti ini, itu tidak harus terjadi padanya.

Nirmala memilih sakit jiwa daripada membiarkan hal-hal aneh terjadi pada hidupnya, pertemuan dengan mantan adalah hal yang aneh. Terintimidasi dari rasa yang pernah di sanjungkan dahulu.

 

 

 

Setelah rapat selesai, Budi Harun mempelajari kembali hasil meeting tadi, Cakrawala Group memang berencana untuk expand dalam bidang digital dan start up, tentu saja dia butuh anak muda yang memliki kemampuan dan keinginan untuk berkolab dengannya. Dari hasil rapat tadi, Uwing merupakan start up terbaik yang akan digarapnya, sayangnya, masa lalu kembali menyewa hatinya.

Terlihat perempuan itu gugup dan tidak mau mempresentasikan Uwing dengan baik. Jika dilihat dari kapasitasnya tentu saja sebagai founder, Nirmala adalah otak dari ini semua. Mengapa dia seperti itu?

Berbeda dengan Rudi dan Setyawan yang akan mengembangkan perdagangan lewat produk pertanian, Nirmala mampu menjangkau financial technology. Itu sangat di luar akalnya.

Uwing memplokamirkan dirinya sebagai terobosan rupiah sebagai mata uang digital. Lewat Uwing, orang-orang bisa menggali kekayaan lewat digital yang bisa diperdagangkan lewat jalur bisnis digital dalam pembelian dan pembayaran. Semua dilakukan melalui ujung Jari.

Ini sulit direalisasikan dan tetap bisa direalisasikan dalam jangka waktu yang lama, kedepannya tentu saja orang memilih kebutuhan yang tidak repot.

Lagi-lagi kunci dari ini adalah Nirmala, perempuan yang pernah meneteskan air matanya. Meminta cinta dan tidak pernah diberikan oleh Budi Harun.

Apa yang harus dilakukan untuk membujuk wanita itu seandainya, Nirmala menolak investasinya? Wanita itu masih muda dan terlihat polos, berpendirian teguh dan pintar, terlihat kalem namun mampu mengigit.

Masa lalu membuat semua runyam, cinta yang tidak terbalas.

Setyawan dan Rudi terlihat dekat dengan Nirmala, mereka terlihat akrab dan mampu berkolaborasi dengan baik.

Produknya sama, digital. Hanya saja, apakah mereka bisa bekerja sama dalam tim dan membuat produk yang lebih baik. Itu yang akan menjadi bahan meeting dengan baik. Untuk sementara, cakrawala Group hanya ingin mendanai satu start-up, pilihannya lebih condong ke Uwing.

 Berlarutnya waktu membuat dia lelah dan memilih ke kantin untuk menikmati makan siangnya. Pekerjaan ini sanagt menyita waktu, pikiran dan fokusnya. Perlu beberapa saat untuk mengembalikkan jiwanya menjadi lebih tenang dan tidak dzalim kepada diri sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

50 puisi e.e cummings dalam nalar saya

Nemu kumpulan puisi dalam bentuk bahasa inggris. Saya hanya baca baca saja secara sekilas dan keseluruhan yang berjumlah 50 poems. e.e cummings menulis dengan berbagai gaya dengam memainkan kata kata nyentrik yang artinya kurang saya pahami. Tahun 1939, 1940 puisi ini diterbitkan oleh universal library new york, keren amit dia. Hal ini mudah karena sang penulis adalah maestro dalam bidang art and letter. lihatlah puisi yang ditulis dibawah ini, sangat mengelitik imajinasi: the way to hump a cow is not to get yourself a stool but draw a line around the spot and call it beautifool to multiply because and why dividing thens and now and adding and (I understand) is how to humps the cow the way to hump a cow is not to elevate your tool but drop a penny in the slot and bellow like a bool to lay a wreath from ancient greath on insulated brows (while tossing boms at uncle toms) is hows to hump a cows the way to hump a cow is not to pushand to pull but practicing the a

Kreativitas Tanpa Batas

 Bagaimana bisa semua akan bekerja sesuai dengan kemampuan dengan kondisi yang ada. Marilah kita buat cara agar semua mampu berfungsi dengan baik di tengah masalah-masalah yang sulit seperti tahun 2020. Apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan duit (kehidupan). Pasti sangat sulit untuk mendapatkan tetapi dengan usaha yang ada, mari putar otak untuk ini. Kehidupan yang sulit tidak menjadikan kita mengeluh atau tidak mau tahu. Tetaplah hidup dengan cara baru agar semua terlihat normal dan baik baik saja. Ada banyak hobi yang bisa dilakukan ditengah pandemi agar kita tetap hidup/ Tentu saja ini menjadi hobi baru bagi kita agar tidak terlalu meyedihkan kehidupan ini. Misalakan hobi baru yang bisa kita laksanakan 1. Membuat resep baru 2. Menanam tanaman bermanfaat bagi kebutuhan 3. Berjalan atau bersepeda santai 4. Nulis buku dll Tidak kalah seru yang dilakukan oleh masyarakat dengan membuat motif baru, batik corona. Sangat luar biasa kreatifitas mereka.

Edisi Ramadan

  10 Malam Ramadan Terakhir ibu Desi Rumah ibu Desi sangat dekat dengan masjid, hanya berjarak 500 meter. Tidak perlu banyak tenaga untuk sampai di masjid. Sehingga ibu Desi selalu melibat diri pada semua aktivitas masjid. Bgi Ibu desi Masjid adalah rumah kedua yang harus dijaga setelah rumahnya sendiri. Masjid bersama dengan semua yang ada disana termasuk para pengunjungnya. Oleh karenanya, Ibu Desi sangat diperlukan untuk menyemarakan bulan puasa, khususnya di masa pandemic ini. Puasa di tahun ini tentu saja agakberbeda dengan tahun sebeumnya, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan sebelum masuk masjid dan menjaga jarak. Meskipun kadang beberapa orang masih bebal, termasuk ibu Desi juga. Lupa, ituah alasan paling spetakuler. Yang lainnya, kebiasaanya dekat-dekat biar tambah rapat, eh ini disuruh berjauahan kayak lagi marahan, kan tidak enak dihati. Disaat seperti itu, dia hanya bisa mohon maaf atas khilaf. Semoga virus korona berakhir. Ibu Desi diberikan banyak perintah o