Setiap insan punya siklus kehidupan yang berulang dari nabi adam sampai sekarang, tahun 2021. Mulai dari kelahiran, lalu disebut bayi, lalu disebut balita, lalu disebut anak-anak, lalu disebut remaja, lalu disebut dewasa, lalu disebut tua, lalu kembali ke maha kuasa. Sama saja dikatakan bayi dilahirkan, dibesarkan, diberikan pendidikan agar bisa mandiri lalu hidup bersama keluarga, menua bersama dan mati. Intinya manusia, sejatinya ingin memiliki keluarga.
Dalam proses itu ada dibilang, masalah, drama, nyakitin, bahagia, masalah lagi, nyakitin lagi, bahagia lagi sampai akhir hidup. Gitu terus dari dulu sampai sekarang, tidak ada yang berubah. Yang berubah hanya masalahnya saja, awal berbentuk hati, besoknya berbentuk gerigi, besoknya lagi bentuk segitiga siku-siku, besoknya lagi bulat-bulat. Gitu aja, jangan kaget. Kaget kalau baru ketemu masalah itu dan belum punya solusi. Kalau masalahnya udah datang bertubi-tubi jadi biasa saja menghadapi masalah tersebut. Nanti selesai sendiri, hanya perlu memaafkan dan membiarkan berlalu. Tidak usah disimpan.
Dalam kehidupan sosial, sejatinya para lelaki yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan perempuan tinggal di rumah, mengurus rumah tangga. Semua berlaku secara turun temurun tanpa protes yang membuat semua orang patuh dalam lingkar kehidupan yang telah dirancang untuk tetap eksis menembus masa dan jaman yang semakin sulit untuk beradaptasi bagi yang tidak memiliki kemampuan beradaptasi. Nyatanya hidup di tahun 2021 tidak sama dengan hidup seribu tahun yang lalu, 500 tahun yang lalu, 300 tahun yang lalu, 200 tahun yang lalu, 100 tahun yang lalu, 50 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu. Kehidupan sekarang orang-orang mulai berpikir berbeda, orang-orang maulai menyaari ada hal lain yang hilang.
Kehidupan alam yang masih alami, menggunakan hukum alam dipandnag konyol. Keindahan yang alami dan menarik dipandang diganti dengan kehidupan perkotaan yang penuh gemerlap untuk mengisi jiwa setiap manusia. Kehidupan yang membuat orang terperangah dengan sistem-sistem yang dominan dan superioritas. Kehidupan yang membuat semua orang berpangku dan mengharap kesenangan yang hakiki yang tidak pernah dihirup olehnya. Semua adalah ilusi, semua adalah permainan yang harus dimenangkan dan ditontonkan agar menjadi bagian kehidupan yang monoton. Bangun di pagi hari, bekerja sampai malam, lalu tidur, lalu bangun lagi dan bekerja lagi, lalu tidur dan bangun lagi. Seterusnya sampai end dan tersadar saya berada di titik mana.
Titik yang membat kamu sadar akan permainan kehidupan yang berulag kali kamu mainkan, kamu menangkan dan kamu dikalahkan, maunya menang terus sampai akhir. Ya, permainan ini adalah uang.
Uang yang menjadikan kamu untuk tetap terus berkata-kata dan duduk menyimak mengenai aturan mainnya. Tergantung siapa yang mengatur dan siapa yang diatur. Semua berlangsung sesuai dengan jeda-jeda waktu yang membuat kamu mau untuk tetap berdiri dan melangkah.
“permisi, pak. Meeting akan
dilaksanakan 10 menit lagi di ruang Kenari. Anda akan bertemu dengan beberapa
pemain baru dalam bidang keuangan diantaranya, Setyawan, Rudi dan Nirmala”.
“Nirmala, perempuan?”. Baru kali
ini ada perempuan ikut dalam rapat start-up keuangan. Perempuan itu memiliki
nama yang sama dengan nama yang pernah ada dulu. Biasanya perempuan lebih suka menghabiskan uang deengan mengantri di depan kasir. Mengeluarkan uang sebanyak yang dimau untuk memenuhi apa yang mau. Semua terasa menyenangkan, bagi perempuan. Hari ini dia akan rapat bersama perempuan yang memiliki ambisi membuat uang, terasa janggal.
“Benar, pak. Dia pemilik Uwing”.
Uwing adalah start up terbaru, yang mulai booming dan dibicarakan oleh banyak pemain start-up. Uwing digadang-gadang akan menjadi uang masa depan. Keramahan app
kepada para masyarakat kelas bawah. Start-up ini bisa diandalkan untuk
berkembang dan terus tumbuh menjangkau kalangan yang lebih elit. Tentu saja hal tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
manejerialnya.
“Berikan saya profile
lengkapnya”.
“Ini, Pak”.
“Ok, Terimakasih”.
Nirmala, wanita ini. Wanita ini
benar-benar muncul kembali. Nama dan wajah dari foto yang terlampir begitu jelas, ada perbedaan sedikit pada hijabnya. Dulu rambutnya terurai berantakan diterpa angin, sekarang tersembunyi dalam balutan hijab.
5 TAHUN
“saya menunggu kakak, dari tadi”. Gadis itu menghadang jalannya, meminta perhatian.
“saya tidak minta kamu menunggu”. Jawabku ketus. Pekerjaan sudah membuatku lelah dan perempuan ini juga membuatku tidak senang.
“kak, tidak begini caranya kepada
perempuan”.
Saya melihat air mata mengalir,
sedih, kecewa dan saya lebih memilih tidak peduli. Meninggalkannya di tempat
yang sama”.
…
Tok-tok-tok
“permisi, meeting akan dimulai 3
menit lagi, para client sudah datang”.
Saya pun menyudahi pikiran saya
yang liar, kembali ke masa lalu. Bagaimana kabarnya perempuan itu, perempuan
yang kecil dan tidak tahu malu.
Perasaan gugup menjalar, saya
memilih terlambat untuk bertemu para klien gegara perasaan ini.
Saya menghabiskan sekitar lima
menit di toilet, meredam perasaan ini. Gugup. Perempuan itu
Dengan pasti saya melangkah
menuju ruangan kenari yang telah ditunggu, saya tahu, Ika sebagai assiten
mengerjakan pekerjaannya dengan baik agar semua lebih baik. Terlihat, Ika sibuk
bercengkerama dan menghidangkan makanan dan minuman untuk dinikmati.
Mataku tertuju pada wanita itu,
berhijab lebar. Sibuk menikmati hidangan, matanya fokus mengamati kue yang
dipegangnya sambil mengangguk-angguk. Sangat lezat pastinya. Sepertinya dia
tidak menydari kedatangan saya dan terus melanjutkan makannya.
“Kuenya enak sekali”. Tangannya
mengulur akan mengambil kue tersebut, namun terhenti ditengah jalan.
“Silahkan dinikmati”. Kataku
menyapanya. Terlihat wajahnya shock melihat kearahku, seakan tidak percaya
dengan cepat dia mengendalikan emosinya.
“Terimakasih, saya akan menikmati
setelah rapat selesai. Kita bisa mulai sekarang”.
“Baiklah terimakasih atas
kedatanganya semua, perkenalkan nama saya Budi Harun, Saya pemegang dari
Cakrawala grup yang bergerak pada bidang perdagangan internasional, oil dan
gas, dan pertaniaan. Saat ini kami bermaksud untuk melebarkan ke sekmen star-up
sesuai dengan kebutuhan masa kini".
Perempuan itu menatap tajam,
menyimak dengan amarah masa lalu yang belum selesai.
Setelah persentasi dilakukan oleh Rudi dan Setyawan. an pe, terakhir giliran Nirmala,
“Kami mempersilahkan, Nirmala
untuk mempresentasikan Uwing”. Dengan ragu, perempuan itu membuka suara,
setelah sekian lama hanya diam menyimak dan tenggelam dalam suasana canggung.
Hanya menimpali sedikit dan berbisik-bisik dengan Rudi yang duduk disebelahnya.
Kedua seperti menikmati
pembicaraan yang tidak saya dengarkan dan tidak perlu didengarkan.
“Terimakasih untuk waktunya, saya
akan mempersentasikan Uwing. Uwing adalah, (jeda panjang). Uwing adalah (jeda
panjang)”.
Sepertinya mulai amnesia,
perempuan itu hanya diam dan menatap seisi ruangan bergantian, mencari bantuan.
Kami semua menunggu, hati superioritas saya mulai tertawa melihat wanita ini
tidak tumbuh.
“Uwing adalah Uang yang kita
pegang”, dia mulai mencari dompetnya yang bersembunyi di dalam tas dan
mengeluarkan dan menunjukan kepada kita yang berada di dalam ruangan.
“Uang yang kita pegang ini, tidak
terlihat dan tetap dimiliki seperti kepercayaan dan janji. Uwing akan digunakan
sebagai transaksi dalam segala lebih luas dan mencakup dunia internasional
karena kita memakai dasar emas. Saya, saya disini mempersentasikan Uwing dengan
cara, saya tidak siap persentasi hari ini, saya akan memikirkan kembali
mengenai meeting hari ini. Terima kasih”.
“Terimakasih, sangat
menarik. Saya pernah membaca ulasan
mengenai Uwing dan beberapa orang sekitar saya tertarik dengan Uwing. Saya bisa
melihat masa depan Uwing”.
“Apa yang anda lihat?”.
“Kita bisa membicarakan lebih
lanjut, setelah meeting ini. Kita break sekarang selama satu jam, setelah itu
kita bisa membahas beberapa hal yang menarik dari rencana kerja sama kita”.
Sayapun meninggalkan ruangan,
Kulihat Ika sudah menyiapkan makanan untuk disantap oleh mereka.
Di ruang tersebut, terlihat
Nirmala langsung pamit ke teman-temannya akan ke toilet sekaligus melaksanakan
sholat duhur. Sedangkan teman-teman Nirmala, Rudi dan Setyawan memilih
menikmati hidangan sekaligus bercengkerama ramah dengan Ika, sang asisten dari
dari Budi Harun.
Hatinya hancur, Nirmala menangis
dalam isak. Tidak menyangka bahwa hari ini akan bertemu dengan Budi Harun,
lelaki laknat. Lelaki yang pergi tanpa hati, hatinya mungkin sudah dimakan oleh
dirinya sendiri. Yang tidak diketahui, mengapa lelaki itu sangat mempesona,
mencuri hatinya dan membawanya pergi.
Untuk apa semua rasa jika hanya
disakiti seperti ini. Semua ada kadarnya, namun rasa itu masih saja ada.
Hatinya hanya menyimpan kenangan
manis, saat di awal usia menuju dewasa dia bertemu dengan lelaki itu, lelaki
yang membuatnya sangat bahagia, sekaligus lelaki itu pula yang menghancurkan
kebahagiannya.
Setelah tenang, Nirmala menuju
mushalla kantor, menenangkan diri sebentar lalu mengambil wudhu.
Belum ada orang sama sekali, di
mushalla tersebut. Akhirnya Nirmala membenamkan diri dalam dzikir untuk
menguatkan perasaannya yang sudah tidak karuan.
Persentasi Uwing yang dijanjikan
kepada cakrawala menghilang, ditelan masa yang menyedotnya pada kenangan masa
lalu.
Sudahlah, Uwing tidak baik
bekerja sama dengan Cakrawala, investasi cakrawala yang menjanjikan.
Sudahlah, biarkan semua berjalan
dengan sebenarnya dan semaunya.
Tidak lama kemudia terdengar
suara adzan berkumandang, seperti basanya Nirmalapun menjawab panggilan adzan
tersebut, setelah itu menunaikan shalat dua raka’at sebelum shalat duhur.
Kesedihannnya masih saja
menyeruak dari dalam hatinya, kejadian yang berlalu belum saja move dari
hatinya.
Setelah lima belas menit, sang
imam memimpin shalat berjamaah yang diikuti oleh para makmum. Dalam khusyuk,
doa yang terpanjat. Ada rasa tenang dalam hati setiap insan yang mengingat
tuhannya.
Setelah shalat, segera nirmala
bergabung dengan Rudi dan Setyawan yang masih stay di ruang Kenari, Nirmala
mengambil hidangan yang sudah disiapkan, Ayam mozzarella.
“La, kamu baik-baik saja, saya
tidak pernah melihat kamu seperti itu sebelumnya”. Tanya setyawan khawatir
“Saya pikir kamu mau pingsan
tadi, aku udah siap-siap tadi”.
“Gugup aja tadi, sekarang sudah
baikan”.
“atur ulang persentasi kamu,
sayang kalau nggak dapat invest kesini”.
“Iya, saya mengerti. Saya makan
dulu, ya? Lapar banget nih”.
“Oh, tadi kamu lapar ya sampai
nggak bisa fokus”. Canda Setyawan
“Tau aja”. Jawab Nirmala sambil
terus menikmati hidangannya.
Di ruangan kerja, setelah
meninggalkan rang rapat ruang Kenari. Budi Harun, merasa tertekan. Ada himpitan
di dadanya. Wanita itu, terlihat cerdas namun masih saja membuat dirinya tidak
mampu menghandle perasaanya.
Dia duduk di laptopnya dan
mencari tahu tentang Uwing, start-up yang menjanjikan sesuai dengan rekomendasi
pamannya. Apa yang membuat pamannya merekomendasikan Uwing, jika dilihat semua
tidak menguntungkan.
Nirmala, perempuan itu masih saja
dikepalanya. Baiklah, saya akan melihat bagaimana kedepannya?
Ia pun pergi meninggalkan ruangan
untuk shalat duhur di mushalla dan perempuan itu disana.
Perempuan dikantor ini memang jarang yang shalat di awal waktu,
tidak salah perempuan itu Nirmala. Perempuan yang taat kepada tuhannya.
Setelah selesai shalat, Budi
Harun memilih untuk kembali ke ruangannya, mengecek hasil rapat dan portofolio
dari ketiga kliennya. Masih sangat baru, belum ada akar yang kuat. Tidak ada
atap yang kuat. Memamg benar, start up seharusnya membuat kolaborasi yang kuat
agar bisa saling membantu dan mampu meluncurkan produk unggulan sesuai minat
pasar.
Setelah selesai memeriksa
portofolia dan membuat catatan besar untuk membuat tindakan lanjutan, Budi
Harun pun menuju ke ruang Kenari untuk melanjutkan meeting.
Yang ditemuinya hanya seorang
wanita yang sedang makan, dia pun masuk.
“Makan?” Tawar perempuan itu
“Terima kasih, silahkan
dilanjutkan”.
Nasinya tinggal sedikit, dua
temannya pergi keluar untuk ke toilet sebelum melanjutkan meeting.
Ada aura cangung diantara
keduanya dan Nirmala berusaha untuk tidak peduli dengan keadaan ini. Tetap
melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi
Tidak lama, kemudia Rudi dan
Setyawan datang dan bergabung bersama mereka. Nirmalapun menyelesaikan makannya
dan bergabung dan bersiap untuk rapat lanjutan.
“Terima Kasih semua, kita akan
menyelesaikan rapat lanjutan kita, saya telah melihat portofolio kalian dengan
baik dan melihat banyak hal positif yang bisa menjadikan landasan kerja sama
kita. Di sini saya berharap Uwing tetap bisa maju bersama kita. Secara garis
besar saya menyukai ide dan gagasan Uwing, sangat dinamis. Tentu tidak jauh
beda dengan Rudi dan Styawan keduanya bergerak di bidang berdagangan hasil
pertanian, itu sangat bagus dan saya tertarik untuk bergabung”.
“Saya butuh waktu untuk merevisi
ulang Uwing dan mengatur jadwal ulang persentasi”. Kata Nirmala dengan segan,
hatinya berkata “saya sama sekali tidak ingin bergabung bersama dengan mnusia
seprti anda”.
“Tentu saja, itu akan menarik,
saya harap Anda bisa lebih siap”. Kata Budi Harun.
Meetingpun diselesaikan dengan
kesepakatan akan bertemu dua pekan ke depan, Tempat dan waktu akan di
konfirmasi kedepannya.
“saya akan mengantar kamu
pulang”. Bisik Rudi kepada Nirmala
“Terimakasih”.
Mereka bertiga meninggalkan
kantor di pusat perkotaan menuju rumah masing-masing.
“saya ingin segera pulang dan
istirahat”. Kata Nirmala pelan tanpa ada jawaban dan ia pun tidak menginginkan
jawaban apapun. Hanya ingin istirahat
“Nir, apakah kamu pernah ketemu
dengan Budi Harun sebelumnya?”.
“saya pernah berteman dengan
orang bernama Harun, saya tidak tahu nama lengkapnya siapa”. Nirmala tahu bahwa
dirinya mengenal Harun adalah Budi Harun, namun rasa sakit yang tertinggal
membuat dia malas mengenal orang itu kembali. Untuk apa?
Harunlah yang membuat dia merasa
special sebagai wanita, sayangnya lelaki itu berubah, saat rasa dihati sudah
mulai membesar.
“Apakah mirip?”
“agak beda, saya tidak lama
berteman dengannya, saya tidak mengingat secara detail. Sudah lama juga itu,
awal masuk kuliah”.
“kamu sangat gugup tadi”.
“Saya tidak ingin melanjutkan
perkara ini dengan Cakrawala group. Saya tidak bisa”. Kata Nirmala dengan panas
“kamu kenapa?”
“saya ingin istirahat, Rudi”.
Setelah tenang beberapa saat,
nirmala mulai menceritakan bahwa Harun yang ia kenal adalah Budi Harun. Mereka
bertemu beberapa kali dan Nirmala sangat menyukai Harun. Harun adalah pria yang
lembut, menyanjungnya dan memberikan perhatian berlebih. Nirmala merasa nyaman
dan menginginkan sebuah hubungan yang lebih baik, namun yang ada Harun acuh.
Harun menghilang meninggalkan sisa sakit yang tidak diobati.
“Itulah kenapa saya tidak ingin
berkolab dengan Cakrawala Group, saya yakin saya tidak bisa bekerja sama dengan
baik”.
“Dia tertarik dengan Uwing”.
“saya tidak peduli dengan hal
itu”.
“kamu masih marah dengan perkara
itu”.
“saya benci dengan semua itu dan
tidak ingin memperpanjang masalah yang telah lalu”.
“kamu selesaikan perkara kamu,
jangan sampai itu menjadi duri”.
“sudah menjadi duri ini”.
“Berat kalau begitu”.
“Saya akan menemuinya lebih
cepat, dan memutuskan kerja sama. Tidak ada yang saya inginkan”.
“Dia tertarik dengan Uwing, saya
yakin dia akan berinvest”.
“Invest ke Uwing, sama aja dia
invest ke saya. Saya benar-benar lelah dan ingin istirahat saja”.
“Uwing adalah masa depan, saya
yakin dia tahu itu”.
“Uwing yah Uwing”.
“saya bisa bantu kamu perbaiki
hubungan kamu dengan Budi Harun dan membicarakan semua”.
“apaan sih? Kejadiaan itu sudah
lama dan tidak penting untuk dibahas. Saya tidak menyukai sikapnya dan saya
tidak ingin berteman dengan orang seperti itu. Nyakitin tau”.
“kamu masih menyukainya?”
Tidak ada jawaban dari Nirmala,
ia lelah dengan pembicaraan itu. Sakit yang lama ternyata masih bersisa, rasa
itupun bercampur menjadi satu. Bagaimanapun Harun adalah orang yang pernah
singgah dihatinya. Bisa dikatakan first
love.
“saya benci, Rudi. Saya benci
dengan lelaki yang saya suka dan sama sekali tidak mau menghargai saya”. Air
mata Nirmala mengalir, menganak sungai. Membasahi pipinya. Sakit itu masih saja
ada.
“Saya tidak ingin seperti itu
lagi, cukup semua”.
Tangisannya mengeras, seperti
hatinya. Tidak ada yang diinginkan kecuali ketenangan hatinya agar bisa hidup
dan berpikir dengan baik.
Mereka telah sampai di rumah
Nirmala, setelah mengucapkan terimakasih dan berlalu memasuki rumahnya.
Nirmala tertekan, dia masuk ke
dalam kamar. Menangis sejadinya, tidak meyangka orang yang telah lima tahun
berlalu bertemu lagi dalam pertemuan terpenting dalam hidupnya. Mengapa harus
bertemu di masa sekarang?
Kalau saja, Uwing lebih mudah
jalannya tentu dia tidak akan perlu mencari dana dan melibatkan orang tersebut
di Uwing.
Uwing adalah masa depannya,
Nirmala baru saja merintisnya sejak tiga taun yang lalu. Melalui Uwing dia
berharap masyarakat bsa lebih mudah melakukan transaksi digital dan mampu
menjadi lebih efisien dalam melaksankan pembayaran.
Sekarang Uwing butuh pendanaan
dalam peluncuran dan pengembangan produk agar lebih mudah diterma dan digunakan
oleh masyarakat. Dana yang dibutuhkan sangat besar, hanya bisa diterima dari
para konglomerat.
Ternyata salah satu konglomerat
adalah mantannya yang pernah menyia-nyiakan dulu, meninggalkan duri yang tidak
pernah dihilangkan di hatinya.
Nirmala hanya seoarang fresh
graduated, menyelesaikan kuliah dan bekerja secara freelancer di salah satu
perusahaan web design untuk makan, hanya untuk makan dan memenuhi kehidupan
dasarnya. Hidupnya telah ia gadaikan untuk mengembangkan Uwing sedari awal.
Sekarang sudah siap menerima dan
investasi dan investornya adalah mantanya sendiri. Tidak, tidak bisa seperti
ini kehidupan. Kalau memang kehidupan seperti ini, itu tidak harus terjadi
padanya.
Nirmala memilih sakit jiwa
daripada membiarkan hal-hal aneh terjadi pada hidupnya, pertemuan dengan mantan
adalah hal yang aneh. Terintimidasi dari rasa yang pernah di sanjungkan dahulu.
Setelah rapat selesai, Budi Harun
mempelajari kembali hasil meeting tadi, Cakrawala Group memang berencana untuk
expand dalam bidang digital dan start up, tentu saja dia butuh anak muda yang
memliki kemampuan dan keinginan untuk berkolab dengannya. Dari hasil rapat
tadi, Uwing merupakan start up terbaik yang akan digarapnya, sayangnya, masa
lalu kembali menyewa hatinya.
Terlihat perempuan itu gugup dan
tidak mau mempresentasikan Uwing dengan baik. Jika dilihat dari kapasitasnya
tentu saja sebagai founder, Nirmala adalah otak dari ini semua. Mengapa dia
seperti itu?
Berbeda dengan Rudi dan Setyawan
yang akan mengembangkan perdagangan lewat produk pertanian, Nirmala mampu
menjangkau financial technology. Itu sangat di luar akalnya.
Uwing memplokamirkan dirinya
sebagai terobosan rupiah sebagai mata uang digital. Lewat Uwing, orang-orang
bisa menggali kekayaan lewat digital yang bisa diperdagangkan lewat jalur
bisnis digital dalam pembelian dan pembayaran. Semua dilakukan melalui ujung
Jari.
Ini sulit direalisasikan dan
tetap bisa direalisasikan dalam jangka waktu yang lama, kedepannya tentu saja
orang memilih kebutuhan yang tidak repot.
Lagi-lagi kunci dari ini adalah
Nirmala, perempuan yang pernah meneteskan air matanya. Meminta cinta dan tidak
pernah diberikan oleh Budi Harun.
Apa yang harus dilakukan untuk
membujuk wanita itu seandainya, Nirmala menolak investasinya? Wanita itu masih
muda dan terlihat polos, berpendirian teguh dan pintar, terlihat kalem namun
mampu mengigit.
Masa lalu membuat semua runyam,
cinta yang tidak terbalas.
Setyawan dan Rudi terlihat dekat
dengan Nirmala, mereka terlihat akrab dan mampu berkolaborasi dengan baik.
Produknya sama, digital. Hanya
saja, apakah mereka bisa bekerja sama dalam tim dan membuat produk yang lebih
baik. Itu yang akan menjadi bahan meeting dengan baik. Untuk sementara,
cakrawala Group hanya ingin mendanai satu start-up, pilihannya lebih condong ke
Uwing.
Berlarutnya waktu membuat dia lelah dan
memilih ke kantin untuk menikmati makan siangnya. Pekerjaan ini sanagt menyita
waktu, pikiran dan fokusnya. Perlu beberapa saat untuk mengembalikkan jiwanya
menjadi lebih tenang dan tidak dzalim kepada diri sendiri.
Comments
Post a Comment