Manusia semakin serakah, semua ingin dirasakan, dinikmati.
Semua terasa indah, apalagi yang yang jarang dilihat, semakin menarik
perhatian. Mereka bekerja keras untuk sebuah harga yang tidak bisa dibayar untuk
sebuah penghargaan terhadap diri sendiri.
Penghargaan bisa datang dari diri sendiri maupun dari orang
lain. Harga adalah subyektif yang bernilai abstrak dari hasil kerja keras. Ini menjadi
bagian dari tujuan manusia yang semakin kesini semakin menggila. Semakin sulit
dipahami oleh ukuran neraca kelayakan hidup yang bersumber dari nilai
universal.
Nilai universal ini berlaku pada setiap diri manusia yang
menjadikan diri manusia sebagai sumber kekayaan yang tidak ternilai dari hasil
akalnya. Akal ini terus bekerja keras, mencari yang tersembunyi dan berusaha
untuk mengungkapkan, menjadikan bagian dari kehidupan manusia yang bernilai. Semua
orang bekerja keras untuk mencari nilai pada diri mereka sehingga mereka
mendapatkan jalan untuk menuju jalan yang rumit dan mendaki dan mereka puas
ketika berada diatas jalan tersebut. Jalan apa yang mereka mau?
Jalan itu adalah jalan untuk mengalahkan kejahatan,
keburukan, kebatilan dan segala yang mendatangkan bahaya bagi umat manusia yang
sifatnya universal. Mereka adalah orang-orang yang berjuang dengan sangat keras
untuk sebuah harga diri yang dibayar ketika mereka ada di puncak dan puncak
dari jalan ini adalah kebahagian yang tumbuh dari hati orang-orang yang bersih.
Orang-orang bersih ini menjadi sumber inspirasi bagi mereka
yang menginginkan kebersihan pula, menularkan kepada masyarakat dengan mengajak
dan terus melakukan perbaikan-perbaikan agar semua menjadi lebih baik. Mereka adalah
bagian dari kejayaan dan kemenangan yang sebenarnya dicari oleh orang-orang
serakah dengan jalan yang berbeda, dengan jalan keegoisan, hanya mementingkan
diri mereka diatas orang lain. Ini menjadi jalan yang sulit dan berduri serta
menghasilkan bau yang kurang sedap. Mengharapkan kebahagian, namun kemalangan
yang dia dapatkan. Tidak mampu berdiri sendiri, selalu dibayangi oleh
ketakutan-ketakutan yang membuat dirinya tidur dalam mimpi yang buruk. Mimpi yang
membawa kepada kesengsaraan secara batiniah.
Berbicara mengenai batin yang terluka hanya mampu
dibersihkan dengan cara kembali kepada kebaikan, membersihkan diri dari sifat
buruk dan memberikan maaf kepada diri sendiri dan orang lain yang telah
melakukan kesalahan. Kesalahan ini akan terhapus seperti debu yang dihapus air
hujan, seperti siang yang digantikan malam gulita, seperti air yang
membersihkan manusia. Kembali pada fitrah, suci dan mensucikan.
Comments
Post a Comment