Di Yap kuno, yang dikenal sebagai Mikronesia pada zaman sekarang, penduduk tidak mengandalkan koin atau uang kertas, melainkan cakram batu kapur besar yang dikenal sebagai batu Rai. Dari awalnya sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan dan status sosial hingga signifikansinya yang abadi dalam budaya Yap saat ini, Batu Rai telah sangat membentuk masyarakat pulau kecil di Pasifik ini. Batu-batu ini, yang terkadang terlalu berat untuk dipindahkan, tidak dipertukarkan secara fisik; hanya kepemilikannya saja yang berubah. Maju cepat ke masa kini, dan mata uang digital - dari uang kertas hingga uang digital, dari Bitcoin hingga Ethereum - menggemakan pertukaran yang tidak berwujud ini, merevolusi pemahaman dan penerapan uang kita.
Para antropolog telah lama memandang uang lebih dari sekadar alat tukar. Uang mewujudkan kepercayaan, otoritas, dan struktur masyarakat. Uang memfasilitasi spesialisasi profesi. Individu dapat menyediakan layanan khusus atau memproduksi barang dan menerima uang sebagai gantinya, yang kemudian dapat digunakan untuk membeli layanan atau barang khusus lainnya. Di banyak budaya, uang juga berperan dalam ritual sosial, mulai dari mas kawin hingga sedekah, yang mengindikasikan integrasi yang dalam ke dalam kebiasaan dan praktik masyarakat. Pada zaman barter, pertukaran bersifat langsung dan pribadi. Namun, seiring dengan berkembangnya masyarakat, kita beralih ke benda-benda simbolis seperti koin, memberikan nilai berdasarkan konsensus. Konsensus ini berevolusi, dengan otoritas politik yang menegaskan kontrol, terkadang memanipulasi nilai demi kekuasaan.Namun, belakangan ini, telah terjadi pergeseran. Karena globalisasi, peran uang telah meluas dari nasional ke global, yang secara langsung berdampak pada ketidaksetaraan global. Dominasi beberapa mata uang utama telah memberikan pengaruh yang tidak proporsional kepada negara-negara tertentu, sehingga meningkatkan kesenjangan ekonomi. Dolar atau euro bukan hanya selembar kertas atau angka lagi; mata uang ini telah menjadi alat pemerintahan dan pengaruh. Akses ke mata uang dominan ini telah menciptakan dan memperburuk kesenjangan sosial. Mereka yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan, berinvestasi, atau menabung dalam dolar atau euro telah menemukan diri mereka berada di kelas ekonomi yang istimewa. Hal ini telah menyebabkan perpecahan sosial, dengan "kaum elit" yang seharusnya memiliki akses yang berbeda terhadap barang dan peluang global, terutama di negara-negara berkembang seperti Pakistan, yang sedang mengalami krisis ekonomi akhir-akhir ini. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mungkin mulai menilai profesi, keterampilan, atau industri tertentu lebih tinggi daripada yang lain hanya berdasarkan kemampuan mereka untuk memanfaatkan ekonomi dolar atau euro. Hal ini berpotensi mengganggu sistem nilai dan hierarki tradisional, membentuk kembali persepsi masyarakat tentang profesi atau peran apa yang dianggap "penting".
Translated with DeepL.com (free version)
Seiring dengan teknologi yang terus berinovasi, kita bertransisi ke era mata uang digital. Munculnya keuangan terdesentralisasi (DeFi) - sistem di mana kontrol tidak terpusat, tetapi oleh jaringan terdistribusi, telah mulai menata ulang dinamika kekuatan masyarakat, seperti halnya saat batu Rai masih menjadi norma. Salah satu keunggulan blockchain, teknologi yang mendasari sebagian besar platform DeFi, adalah transparansi. Semua transaksi dicatat pada buku besar publik. Transparansi ini dapat menangkal korupsi, penipuan, dan praktik-praktik yang tidak etis. Selain itu, tidak seperti keuangan tradisional, platform DeFi tersedia bagi siapa saja yang memiliki koneksi internet. Hal ini mendemokratisasi akses ke keuangan global dan dapat mengalihkan kekuatan ekonomi dari pusat keuangan yang sudah mapan ke daerah yang sebelumnya terpinggirkan.
Translated with DeepL.com (free version)
Akan tetapi, dengan setiap evolusi selalu ada tantangan. Walaupun mata uang digital menjanjikan demokratisasi, mata uang digital juga berisiko memperkuat ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya, terutama jika akses ke teknologi tetap tidak merata. Sebagian besar mata uang digital, terutama yang lebih baru, sering kali berada di tangan beberapa pengguna awal atau "paus". Hal ini dapat menyebabkan manipulasi pasar, di mana orang kaya menjadi lebih kaya, memperkuat ketidaksetaraan kekayaan yang ada. Beberapa platform DeFi mungkin mempertahankan praktik eksklusi, seperti biaya transaksi yang tinggi atau layanan yang terbatas pada pemegang saham besar, yang melanggengkan kesenjangan ekonomi dan sosial.
Jadi, saat kita berdiri di awal evolusi moneter lainnya, yang digerakkan oleh byte dan bukan batu atau logam, kita harus bertanya, "Akankah babak baru ini membawa sistem keuangan global yang lebih adil atau justru semakin memperparah kesenjangan yang sudah ada?" Seperti halnya antropologi yang mengajarkan kita bahwa uang tertanam kuat dalam struktur masyarakat, ilmu komputer mengingatkan kita bahwa alat yang kita ciptakan membentuk dan dibentuk oleh masyarakat. Mata uang digital, dengan segala potensi revolusionernya, memiliki risiko yang secara tidak sengaja dapat memperparah kesenjangan sosial dan ekonomi. Namun, jika kita dapat memastikan bahwa integrasi mereka ke dalam konteks keuangan global adalah adil, kita dapat mencegah memburuknya kesenjangan yang ada menuju era baru.
Translated with DeepL.com (free version)
Comments
Post a Comment