Skip to main content

Antropologi dan Kehidupan manusia

Antropolog, Anthropos and logos. Logos yang berarti ilmu. Anthropos yang berarti manusia. Bisa diartikan ilmunya manusia. Manusia dalam hal ini, segala hal yang dilakukan manusia. Mulai dari berfikir, bertingkah laku dan hasil dari tingkah laku tersebut, seperti benda yang dihasilkan. Sungguh, memilukan jika kita tidak memahami segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, begitu dekat seorang antropolog terhadap kehidupan real manusia.

Sayangnya, kadang kita belum paham mana yang menjadi kehidupan manusia sebagai individu dibawah antropologi ataupun dibawah bayang-bayang manusia. 

Sebagai bahan pelayanan terhadap insan yang disebut sebagai manusia berbangsa, kita memahami bahwa hidup itu sangat penuh alur maju mundur disertai konflik yang memanas. Satu konflik terselesaikan, konflik lainnya muncul. Begitu seterusnya. Tidak ada paramenter yang bisa menjadikan manusia bertingkah laku senantiasa berada di bawah parameter yang sesuai. Itulah salah satu sifat manusia, dinamis. Senantiasa berubah sesuai dengan keadaan yang berlaku.

Kebawa arus, kebawa zona nyaman. Kebawa lika liku ruang penelitian membuat kita menjadi bagian dari kehidupan yang asyik dan tidak mudah saya pahami. 

Inilah mengapa? Mengapa, banyak hal yang perlu dipertanyakan oleh manusia. Membuat orang tidak paham kemana arah harus berjalan. Hanya sekedar mengikuti garis waktu tanpa ada yang membuat kita berhenti untuk memikirkan, apa yang terbaik untuk kehidupan ini.

Iya, kehidupan sekarang sangat tidak membuat kita hidup menjadi pribadi seharusnya. Banyak pelanggaran yang menjadi pemakluman, yang berarti lumrah terjadi pada zaman ini. Zaman yang menyulitkan anak muda untuk bertindak menjadi anak yang benar, sesuai tuntunan garis waktu yang mengadakan perbaikan dalam lini kehidupan.

Apa yang kita pelajari hari ini, tidak boleh lepas dari apa yang terjadi pada nenek moyang kita. Semua saling mempengaruhi

Comments

Popular posts from this blog

Di Luncurkan

 Sejak bulan Mei akun adsense saya di luncurkan. Bahagia sekali rasanya. Padahal belum tau bagaimana cara kelola uangnya. Setidaknya saya di bukakan pintu untuk cari duit di dunia digital.  Sekarang lagi mikir gimana caranya dapat duitnya, kasian kalau nganggur.  Apalagi sekarang udah bisa diakses semua informasi Terimakasih semuanya Dari hasil revisi tim google, saya perlu memperbaiki artikel saya (konten)  Saya belum ada ide.  Saya belum siap untuk itu, gini amat saya ya? 

Edisi Ramadan

  10 Malam Ramadan Terakhir ibu Desi Rumah ibu Desi sangat dekat dengan masjid, hanya berjarak 500 meter. Tidak perlu banyak tenaga untuk sampai di masjid. Sehingga ibu Desi selalu melibat diri pada semua aktivitas masjid. Bgi Ibu desi Masjid adalah rumah kedua yang harus dijaga setelah rumahnya sendiri. Masjid bersama dengan semua yang ada disana termasuk para pengunjungnya. Oleh karenanya, Ibu Desi sangat diperlukan untuk menyemarakan bulan puasa, khususnya di masa pandemic ini. Puasa di tahun ini tentu saja agakberbeda dengan tahun sebeumnya, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan sebelum masuk masjid dan menjaga jarak. Meskipun kadang beberapa orang masih bebal, termasuk ibu Desi juga. Lupa, ituah alasan paling spetakuler. Yang lainnya, kebiasaanya dekat-dekat biar tambah rapat, eh ini disuruh berjauahan kayak lagi marahan, kan tidak enak dihati. Disaat seperti itu, dia hanya bisa mohon maaf atas khilaf. Semoga virus korona berakhir. Ibu Desi diberikan banyak perint...

Budaya Kredit

  https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/D/bo3646327.html Firth R, Yamey BS, eds. 1964. Capital, Saving and Credit in Peasant Societies: Studies from Asia, Oceania, the Caribbean and Middle America. Chicago: Aldine GregoryCA.1997.Savage Money: The Anthropology and Politics of Commodity Exchange.Amsterdam:Harwood Acad. Publ. Gudeman SF. 2001. The Anthropology of Economy: Community, Market, and Culture. Malden, MA: Blackwell Gudeman SF, Rivera A. 1990. Conversations in Colombia: The Domestic Economy in Life and Text. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Pres Keane W. 1997. Signs of Recognition: Powers and Hazards of Representation in an Indonesian Society. Berkeley: Univ. Calif. Press Locke CG, Ahmadi-Esfahani FZ. 1998. The origins of the international debt crisis. Comp. Stud. Soc. Hist. 40(2):223–46 LontH,HospesO,eds.2004.LivelihoodandMicrofinance:AnthropologicalandSociologicalPerspectivesonSavings and Debt. Delft, NL: Eburon Acad. Press Lowrey K. 2006. Salamanca and the...