Skip to main content

Rasa dikasih yang Hilang dan Tumbuh kembali

Perjalanan yang panjang menyisakan detak yang rumit. Aku menunggu disela-sela waktu yang kuhirup dengan sesak. Bagiku kamu adalah suatu jalan yang tidak terdeteksi.

Saat malam kelam. Bayanganmu singgah, menyapa dan tidak mengucapkan selamat tidur malah sebaliknya, menganggu dengan celotehan yang membuang waktu pada kesia-siaan. Pada akhirnya, aku terlelap dalam keletihan celotehan.

Jika aku malam dan kamu siang. dimana kita bisa bertemu. Samar-samar bayangmu terlihat redup menghampiri diriku yang kelelahan dan tidak mampu melawan silau cahaya. Apakah kita bisa bertemu saat semua tidak berlaku. Saat ego bisa lebih tinggi dari perjalanan. Saat rasa dengan percaya dirinya menyeruak meminta kasih yang tidak pernah sejalan. Terimakasih sudah menganggu hati yang selalu meminta sebuah jawab dari ketulusan terpendam.

Kamu berjalan mengintari bumi dari timur ke barat, layaknya burung yang singgah diperaduan. Berjalan mengais-ais waktu dengan sejumlah remahan tercecer dan aku hanya seorang duduk termenung meminta disapa. Apa aku tuli? tidak bisa mendenganr suara hati dari ledakan langit yang menjilat dengan cahaya. Aku rasa, aku tuli saat melihatmu.

Seperti senja yang indah. Menyenangkan. Membawaku tenang dan ingin berlama untuk mencintai langit yang semakin muram. Membawaku berlari kecil mengejar mimpi yang sempat ingin kuberikan padamu. Berlari dan terus berlari bersama genggaman tangan kokoh.

Aku akan berhenti, saat lelah. Aku akan berhenti saat aku sadar bahwa senja telah menghilang dan tidak pernah muncul. Aku akan berhenti saat senja sudah tidak indah lagi. Sayangnya, engkau selalu muncul dan selalu terlihat indah dan semakin indah. Membawa anganku untuk yakin bahwa dirimu akan berlari menghampiriku. Dan itu sirna, saat aku meyakini kebahagian tidak harus datang darimu.

Kehadiranmu yang begitu kudambakan terasa menyenangkan. Menemaniku dalam manja. Menjagaku dalam malam dan membuatku berdiri tangguh saat aku sendiri. Semua akan terasa menyenagkan, bukan? Sebuah mimpi dibangun dari sebuah gejolak terlahir dari malam yang enggan bertemu siang. Semua sia, karena aku yakin bisa melakukan itu tanpa dirimu.

Akupun mulai berjalan seorang diri lagi tanpa mengharap kehadiran dari perpisahan waktu. Hanya menyusuri lorong-lorong gelap sambil meraba-raba bahwa jalan yang aku susuri adlaah jalan kebenaran. Jalan yang memberikan sebuah kebahagian yang hakiki. Jalan yang akan membawaku bertemu dengan rabb.

Kesangsianku membawaku tegar sepanjang jalan. Mengkristalkan air mata. Membatukan hati dan menghilangkan dahaga rasa dikasih. Menghilangkan jejak nurani untuk kembali menunggu. Menghidupkan aneka pelangi permainan dan membuatku tersadar rasa dikasih bukan ditunggu namun diberikan kepada setiap orang yang bisa menjaga hati

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Di Luncurkan

 Sejak bulan Mei akun adsense saya di luncurkan. Bahagia sekali rasanya. Padahal belum tau bagaimana cara kelola uangnya. Setidaknya saya di bukakan pintu untuk cari duit di dunia digital.  Sekarang lagi mikir gimana caranya dapat duitnya, kasian kalau nganggur.  Apalagi sekarang udah bisa diakses semua informasi Terimakasih semuanya Dari hasil revisi tim google, saya perlu memperbaiki artikel saya (konten)  Saya belum ada ide.  Saya belum siap untuk itu, gini amat saya ya? 

Edisi Ramadan

  10 Malam Ramadan Terakhir ibu Desi Rumah ibu Desi sangat dekat dengan masjid, hanya berjarak 500 meter. Tidak perlu banyak tenaga untuk sampai di masjid. Sehingga ibu Desi selalu melibat diri pada semua aktivitas masjid. Bgi Ibu desi Masjid adalah rumah kedua yang harus dijaga setelah rumahnya sendiri. Masjid bersama dengan semua yang ada disana termasuk para pengunjungnya. Oleh karenanya, Ibu Desi sangat diperlukan untuk menyemarakan bulan puasa, khususnya di masa pandemic ini. Puasa di tahun ini tentu saja agakberbeda dengan tahun sebeumnya, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan sebelum masuk masjid dan menjaga jarak. Meskipun kadang beberapa orang masih bebal, termasuk ibu Desi juga. Lupa, ituah alasan paling spetakuler. Yang lainnya, kebiasaanya dekat-dekat biar tambah rapat, eh ini disuruh berjauahan kayak lagi marahan, kan tidak enak dihati. Disaat seperti itu, dia hanya bisa mohon maaf atas khilaf. Semoga virus korona berakhir. Ibu Desi diberikan banyak perint...

Budaya Kredit

  https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/D/bo3646327.html Firth R, Yamey BS, eds. 1964. Capital, Saving and Credit in Peasant Societies: Studies from Asia, Oceania, the Caribbean and Middle America. Chicago: Aldine GregoryCA.1997.Savage Money: The Anthropology and Politics of Commodity Exchange.Amsterdam:Harwood Acad. Publ. Gudeman SF. 2001. The Anthropology of Economy: Community, Market, and Culture. Malden, MA: Blackwell Gudeman SF, Rivera A. 1990. Conversations in Colombia: The Domestic Economy in Life and Text. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Pres Keane W. 1997. Signs of Recognition: Powers and Hazards of Representation in an Indonesian Society. Berkeley: Univ. Calif. Press Locke CG, Ahmadi-Esfahani FZ. 1998. The origins of the international debt crisis. Comp. Stud. Soc. Hist. 40(2):223–46 LontH,HospesO,eds.2004.LivelihoodandMicrofinance:AnthropologicalandSociologicalPerspectivesonSavings and Debt. Delft, NL: Eburon Acad. Press Lowrey K. 2006. Salamanca and the...