Skip to main content

The Long Journey


Bagaimana rasanya wisuda? Rasanya tidak ingin saya rasakan tetapi, orang tua sudah menginginkan anaknya untuk wisuda dari dulu dan saya ingin menangis mengingat itu. Mengingat waktu pertama kali saya dengan rasa setengah bahagia, setengah was-was, setengah takut, setengah dan setengah yang lainnya yang serasa nano-nano berpamit untuk berangkat ke pusat kota dalam rangka mengenyam pendidikan yang membanggakan seharusnya. Apa daya Negara api menyerang saat aku lengah dan aku terbakar hidup-hidup sampai sekarang.
                What do you mean? (kata Justin bieber) mengoyak kemalasanku dan aku hanya bisa bilang I mean zero-zero dan zero. A U a gelap.
Mom, kesayanganku. Ananda juga ingin wisuda. Wisuda yang benar. Wisuda yang menjanjikan seperti keinginan mom. Membanggakan, bisa berdikari.
Mom, apa salah saya? Jika hanya ingin menunda beberapa saat hanya ingin menikmati sekaligus menyusun rencana agar tidak mati kutu seperti kutu mati yang tidak berguna.
Aku ingin, bunda bahagia menikmati hari-hari dengan melihat anak-anaknya sudah besar, dewasa dan mampu mencukupi kebutuhan bunda. Itu yang bunda inginkan, bukan?
                Mengingat-ingat kembali dulu waktu masih kecil aku dengan tanpa kebahagian merasakan sulitnya hidup. Hanya sedikit yang bisa dipenuhi, dipenuhi dengan sedikit-sedikit dengan terus mengeratkan ikat pinggang. Jangankan bunga, lahanpun terasa gersang. Aku bahagia disela-sela keprihatinan. Bunda dengan caranya sendirinya yang aku tahu berupaya membuat aku bahagia *mau menetes air mata ini. Bunda membuatkan mainan berupa bola-bola dari daun kelapa. Bunda membuatkan kitiran yang sukses membuat saya takjub dengan berlari-lari demi memutarkan baling-baling. Bunda membuatkan teropet kecil, yang suranya tidak pernah saya dengar sebelumnya sukses membuatku kelelahan karena meniup terus dan terus. Bunda sukses membuat pertunjukan melempar tiga buah kelapa kecil dan membuatku takjub dan terus belajar agar bisa melakukan hal yang sama. Saya kecil yang saat itu merasa kesulitan melempar bola begitu takjub melihat bunda. Bunda sangat menakjubkan hingga sekarang *menetes lagi air mata.
Bunda
Apa yang ingin kukatakan tidak mampu kukatakan
Aku takut salah mengatakan
Aku takut salah memilih kata untuk mengucapkan terimakasih
Begitu banyak yang membuatku bisa tumbuh menjadi orang seperti ini
Begitu banyak hal yang saya lupakan diawal kehidupan hingga kadang aku bisa lebih galak dari bunda
Begitu banyak kesalahku yang menguap begitu saja tanpa sesal
Bunda
Anakmu akan wisuda
Terimakasih
Aku sayang Bunda
Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk bunda
Terlalu kecil anakmu untuk membalas sebuah kebaikan yang bunda berikan, apalgi semua kebaikan
                Pergilah menyusuri kehidupan. Temukan kehidupan yang memberikan arah baik. Temukan cerita yang bisa engkau ceritakan kepada siapa saja. Temukan sebuah kabajikan yang bisa membantumu tumbuh kokoh. Jangan pernah berhenti walau hanya sejenak.
Kehidupan ini begitu indah jika kamu bisa merangkainya. Kehidupan ini begitu menjemukan jika kau hanya mengikuti alur. Hidup ini ada ditanganmu dan jangan kau terlalu erat mengenggamnya atau terlalu longgar. Seperti telur, hidupmu akan hancur dalam genggaman yang erat dan akan jatuh jika dalam kelonggaran. Kamu menegrti, bukan?
Seperti air yang sifatnya mengikuti keadaan yang akan turun dari atas kebawah. Memberikan kehidupan kepada yang lain. Memberikan harapan dan terus mengalir dan terus memberikan kehidupan. Berhenti, bermuara dan menguap bersama angin dan kembali lagi bermuara setelah perjalanan yang panjang. Kau tidak akan hilang hanya berlari mengikuti alur kehidupan. Mengikuti taka-teki kehidupan yang kau susun, genggam dan uraikan.
Bila ada anjing mengonggong jangan takut. Dia hanya menakutimu. Sedikit gertakan tidak perlu dihiraukan seperti memang kebiasaan anjing, mengonggong. Menakut-nakuti padahal anjing sendiri yang takut dengan mu.
Apa yang tidak kamu punya sekarang? Kamu harus mempunyainya dalam kurung waktu lima tahun jika kau tidak bisa maka itu bukan milikmu. Kamu memiliki apa yang harus kamu punyai bukan milik orang lain. Kamu punya jalan sendiri sama seperti angin yang punya jalan sendiri. Udara yang punya jalan sendiri dan api yang punya jalan sendiri. Jangan hanya ikut dibelakang ekor buatlah kejutan yang mengerikan. Membuat udara, api dan angin menjadi takjub.
Berjalan entah dimana
Ada api ada sapi
Semuanya tidak menakutkan
Gunakan mereka untuk membuat kamu semakin hidup
Jangan mencemooh
Mereka akan memberikan kehidupan kepadamu dan begitupula sebaliknya
Jangan tertidur saat api menyala
Engkau bisa terbakar
Jangan makan saat sapi lapar
Karena kamu akan termakan sapi
Sapi sekarang mulai galak, suka makan manusia
Manusia juga sama, suka makan manusia

Lalu kemana kamu pergi, saat badan telah lelah dan har mulai gelap. Kemanapun kamu melangkah yakinlah Allah ada. Dia yang akan memberikan kehidupan, menolongmu dan memberikan rahmat kepadamu. Jangan pernah lari dari Allah karena itu akan sia-sia. Karena itu hanya bisa membuat badan lebih lelah. Sikapi segala sesuatu dengan keterbukaan hati menerima cahaya. Cahaya yang akan menuntun agar tidak perlu meraba-raba, ragu dengan jalan yang dipilih.
Saat Allah menguji, luaskan hati seluas samudera. Terima semua dengan penuh kesyukuran dan ingatlah dalam lautan tersimpan segala karunia yang tidak terkira harganya. Ingatlah hdup dalam lautan juga indah asal kamu tahu bagaimana cara menikmati.
Kemarin begitu indah, begitu pula hari ini. Meskipun mendung tetap indah. Hujanpun indah. Panas menyengatpun indah. Apalagi yang membuatmu khawatir dari sebuah keberkahan hidup. Bukan hanya para sufi yang mengerti kamu juga bisa mengerti jika mau membuka hati.
Teruslah belajar, hidup ini dinamis. Tidak perlu terburu-buru untuk mati. Ikutilah alur yang mengalun dan menikmati melodi yang dibuat-buat agar terasa indah. Ikuti semua kamu akan menemukan melodi terindah dan dapat menikmati siang-malam.
Melodi-melodi yang tidak perlu engkau mainkan dan kamu bisa menikamti tanpa rasa bosan. Melodi terpatri pada hati yang bersih. Mengalun lembut mengikuti alunan tubuh yang meliuk, mabuk. Membawanya terbang sampai pada langit dan mengintip syurga. Syurga yang telah dijanjikan untukmu. Syurga yang tidak pernah mampu kau lukis melalui karya-karya aneh. Syurga tanpa keluh apalagi kesah didalamnya.
Ah, syurga yang begitu mudah engkau dapatkan saat mengingat Rabb. Syurga yang bisa engkau nikmati melalui baris-baris ayat suci Al-quran. Syurga yang bisa engkau menikmati setelah engkau melewati ujian terberat. Syurga yang bisa engkau nikmati saat berada di laut. Syurga yang bisa engkau nikmati dari ketinggian ribuan kilometer dan syurga yang engkau bisa nikamati saat gelap dan terlelap dan syurga yang dijanjikan dengan perantara lainnya.
Kemana lagi jalan yang menyulitkan, saat kamu berada dijalan syurgawi. Kelelahan saja bisa membuatmu bersyukur.
Saat lelah ucapkan Alhamdulillah
Engkau telah mengawali dengan bismillah

Tidak perlu cemburu dengan yang lainnya
Hidupmu adalah hidupmu biarkan yang lain hidup sesuai tuntutan
Biarkan mereka larut dalam larutan
Biarkan mereka sendiri
Biarkan mereka merasakan syurgawi
Biarkan mereka hidup sendiri
Biarkan mereka

*Bagaimana cara berdakwah yang benar?

Comments

Popular posts from this blog

Di Luncurkan

 Sejak bulan Mei akun adsense saya di luncurkan. Bahagia sekali rasanya. Padahal belum tau bagaimana cara kelola uangnya. Setidaknya saya di bukakan pintu untuk cari duit di dunia digital.  Sekarang lagi mikir gimana caranya dapat duitnya, kasian kalau nganggur.  Apalagi sekarang udah bisa diakses semua informasi Terimakasih semuanya Dari hasil revisi tim google, saya perlu memperbaiki artikel saya (konten)  Saya belum ada ide.  Saya belum siap untuk itu, gini amat saya ya? 

Edisi Ramadan

  10 Malam Ramadan Terakhir ibu Desi Rumah ibu Desi sangat dekat dengan masjid, hanya berjarak 500 meter. Tidak perlu banyak tenaga untuk sampai di masjid. Sehingga ibu Desi selalu melibat diri pada semua aktivitas masjid. Bgi Ibu desi Masjid adalah rumah kedua yang harus dijaga setelah rumahnya sendiri. Masjid bersama dengan semua yang ada disana termasuk para pengunjungnya. Oleh karenanya, Ibu Desi sangat diperlukan untuk menyemarakan bulan puasa, khususnya di masa pandemic ini. Puasa di tahun ini tentu saja agakberbeda dengan tahun sebeumnya, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan sebelum masuk masjid dan menjaga jarak. Meskipun kadang beberapa orang masih bebal, termasuk ibu Desi juga. Lupa, ituah alasan paling spetakuler. Yang lainnya, kebiasaanya dekat-dekat biar tambah rapat, eh ini disuruh berjauahan kayak lagi marahan, kan tidak enak dihati. Disaat seperti itu, dia hanya bisa mohon maaf atas khilaf. Semoga virus korona berakhir. Ibu Desi diberikan banyak perint...

Budaya Kredit

  https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/D/bo3646327.html Firth R, Yamey BS, eds. 1964. Capital, Saving and Credit in Peasant Societies: Studies from Asia, Oceania, the Caribbean and Middle America. Chicago: Aldine GregoryCA.1997.Savage Money: The Anthropology and Politics of Commodity Exchange.Amsterdam:Harwood Acad. Publ. Gudeman SF. 2001. The Anthropology of Economy: Community, Market, and Culture. Malden, MA: Blackwell Gudeman SF, Rivera A. 1990. Conversations in Colombia: The Domestic Economy in Life and Text. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Pres Keane W. 1997. Signs of Recognition: Powers and Hazards of Representation in an Indonesian Society. Berkeley: Univ. Calif. Press Locke CG, Ahmadi-Esfahani FZ. 1998. The origins of the international debt crisis. Comp. Stud. Soc. Hist. 40(2):223–46 LontH,HospesO,eds.2004.LivelihoodandMicrofinance:AnthropologicalandSociologicalPerspectivesonSavings and Debt. Delft, NL: Eburon Acad. Press Lowrey K. 2006. Salamanca and the...